Laman

Kamis, 21 Juni 2012

Tradisi Baritan di Blitar


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1  Pengertian baritan
Baritan ialah kegiatan perayaan yang dilakukan seluruh warga di perempatan utama suatu kampung. Perayaan ini dilakukan dengan membawa takir sejumlah anggota keluarga. Takir tersebut berisi nasi kuning yang berisikan sayur dan lauk pauk. Baritan dilaksanakan pada bulan suro malam jumat legi yang bertujuan untuk mendapatkan keselamatan. Kegiatan ini dipimpin oleh para sesepuh kampung, biasanya oleh para kyai.
Baritan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terlewatkan di Dermojayan, karena merupakan tradisi peninggalan para sesepuh. Baritan dilaksanakan pada malam hari sehabis solat isya, warga berkumpul di perempatan utama kampong. Untuk memanggil para warga agar berkumpul yaitu dengan kentongan. Ini mengingat pada zaman dahulu, alat komunikasi utama antar warga adalah kentongan.
2.2  Pengertian kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata sansekerta “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Sedangkan “culture” berasal dari kata latin “colere” yang berarti mengolah dan mengerjakan. Kebudayaan secara tidak langsung dapat diartikan mengolah sesuatu yang ada pada masyarakat dengan budi atau akal. Masalah budaya memang sangat penting karena kebudayaan dan manusia merupakan dua unsur pokok yang tidak bisa dipisahkan. (Koentjoroningrat dalam Sumardjo, 1989)
Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda), culture (bahasa Inggris) berasal dari bahasa latin colore yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan dan terutama mengolah tanah atau bertani. Bertolak dari arti tersebut, kemudian kata culture ini berkembang pengertiannya menjadi ”segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. (Widagdho dalam Sujarwan, 1999)
Menurut Andreas Eppink, culture atau kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Francis Merill, Kebudayaan adalah pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi sosial dan semua perilaku serta semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang ditemukan melalui interaksi simbolis.
Kebudayaan sangat berguna bagi manusia, teutama untuk melindungi diri dari alam, mengatur hubungan antar manusia dan sebagai tempat untuk menyalurkan curahan batin sebagai manusia. Tak ada kebudayaan yang statis, setiap kebudayaan mempunyai dinamika. Dinamika tersebut merupakan akibat dari gerak masyarakat yang menjadi tempat hidupnya kebudayaan.
Adapun aspek kebudayaan yang dapat ditonjolkan misalnya perkembangan internal dalam suatu masyarakat. Aspek yang dapat ditonjolkan, yaitu misalnya hubungan atau pengaruh yang terjadi dengan pihak luar masyarakat yang diteliti, seperti terjadinya akulturasi budaya. (Edi Sedyawati, 2006)
Akulturasi merupakan proses dimana suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan yang tertentu, dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Kebudayaan adalah symbol yang berarti hasil olah pikir yang memungkinkan untuk membukakan kode dari suatu yang hadir di hadapan kita. Seperti contoh pada air suci pada kelompok Katolik. Cairan yang bernama air tidaklah berbeda dengan cairan lainnya, semisal susu dan tidak lebih suci dari susu. Ketika disebut air suci pun ia tidak berbeda secara kimia dari air-air lainnya macam aqua, ades, club dll. Yang membuatnya berbeda ialah kelompok yang meyakininya. Kelompok yang berbagi keyakinan, belief bahwa air tadi adalah suci. (Meinarno, Bambang Widianto & Rizka Halida, 2011)
Kebudayan mempunyai tiga gejala yaitu, ide, perilaku, dan benda. Ide-ide dan gagasan banyak yang hidup bersama masyarakat, dan member jiwa kepada masyarakat tersebut. Gagasan ini selalu berkaitan dan menjadi sebuah system, para ahli sosiologi dan antropologi menyebut system ini sebagai system budaya. Atau lebih sering disebut sebagai adat dalam bahasa Indonesia.
Gejala kedua yaitu perilaku yang membahas mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia yang saling berinteraksi dari waktu ke waktu sesuai dengan tata kelakuan. Sistem sosial ini bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita, bisa diobservasi dan didokumentasi.
Gejala ketiga yaitu berupa fisik, tak perlu lagi digambarkan karena merupakan hasil dari aktivitas fisik yang dilakukan manusia dalam masyarakat. Gejala ini merupakan paling konkret dan berupa benda-benda yang dapat diraba, dilihat dan difoto.
Kebudayaan ialah pengetahuan yang ada dalam fikiran manusia, yang bersifat abstrak. Sedangkan wujud dari kebudayaan ialah berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar