Laman

Minggu, 17 Juni 2012

Psikologi Kepribadian

A. Teori Kepribadian Menurut Allport

Kepribadian manusia adalah asli. Individu lebih merupakan makhluk masa kini daripada makhluk masa lampau. Allport mempelajari individu-individu yang normal dan dengan demikian mengembangkan suatu teori yang hampir seluruhnya mengenai Kepribadian sehat. Allport mengemukakan teori tentang jurang antara kepibadian neurotis dan Kepribadian sehat antara masa dewasa dan masa kanak-kanak. Allport melihat pentingnya peningkatan dan bukan pengurangan tingkat tegangan adalah sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan saya sendiri tentang tokoh-tokoh sejarah. Manusia yang hidup dan aktif membutuhkan kehidupan yang beraneka ragam,mereka tidak puas dengan kegiatan yang rutin. Kita semua mengenal orang-orang yang berspekulasi dan memilih kesempatan-kesempatan,yang secara aktif mencari perangsang dan tantangan dalam kehidupan mereka.
Dalam teori Allport antisipasi-antisipasi adalah penting dalam membantu
untuk menentukan siapa dan apakah kita ini,dalam membentuk identitas-diri kita. Mereka mengetahui diri mereka dan menerima keterbatasan-keterbatasan mereka dan tidak terpukul oleh keterbatasan itu. Tampak jelas bahwa kalau sehat memiliki suatu gambaran diri dan identitas diri yang kuat,merasakan suatu perasaan harga diri,dapat memberi cinta secara terbuka dan tanpa syarat,merasa aman secara emosional,dan memiliki tujuan-tujuan serta suatu perasaan akan maksud yang memberi arti dan arah kepada kehidupan. Allport dapat memberikan kebenaran-kebenaran kekal didukung oleh pengetahuan kita tentang kehidupan pria-wanita,wanita-wanita historis dan kontemporer,yang telah memperlihatkan sifat-sifat dan atribusi yang dilukiskan dengan begitu semangat.

B. Teori Kepribadian Menurut Carl Rogers
Rogers adalah seorang psikoterapist yang melibatkan peneliti kedalam sesi terapi (memakai tape recorder) yang pada tahun 1940an membuka sesi klien yang masih tabu dicermati oleh orang lain. Dengan cara itu orang mulai belajar tentang hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya. Model terapi yang dikembangkan oleh Rogers lebih dikenal dengan sebutan client centered.
Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis dan pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien). Hubungan terapis-klien diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diberikan diperlakukan sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien mengenali masalahnya, dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri.
Menurut rogers seorang terapis harus genuine dan tidak bersembunyi dibalik perilaku defensif. Mereka harus membiarkan klien memahami perasaannya sendiri. Terapis juga harus berusaha memahami dunia klien. Terapis juga harus bisa membuat klien merasa nyaman dalam proses terapi. 
Rogers memandang proses terapeutik sebagai model dari hubungan interpersonal, hal inilah yang mendasari ia memformulasikan teori tentang hubungan interpersonal yang diringkas sebagai berikut:
a. Minimal dua orang yang bersedia terjadinya kontak.
b. Masing-masing mampu dan bersedia untuk menerima komunikasi dari yang lainnya.
c. Berhubungan terus menerus dalam beberapa jangka waktu.
Menurut Rogers, klien datang kepada konselor dalam keadaan tidak selaras, yakni terdapat ketidakcocokan antara persepsi diri dan pengalaman dalam kenyataan. Pada mulanya, klien boleh jadi mengharapkan terapis akan menyediakan jawaban-jawaban dan pengarahan atau memandang terapis sebagai seorang ahli yang bisa menyediakan pemecahan-pemecahan ajaib. Hal-hal yang mendorong klien untuk menjalani terapi mungkin adalah perasaan tidak berdaya, tidak kuasa dan tidak berkemampuan untuk membuat keputusan-keputusan untuk mengarahkan hidupnya sendiri secara efektif. Klien mungkin berharap menemukan jalan melalui pengajaran dari terapis . bagaimanapun, dalam kerangka client centered klien dengan segera belajar bahwa ia bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan bahwa dia bisa belajar lebih bebas untuk memperoleh pemahaman diri yang lebih besar melalui hubungan dengan terapis.


C. Teori Kepribadian Menurut W.H. Sheldon
Sebagai salah satu perintis teori psikologi kepribadian, Sheldon mengungkapkan bahwa ada keterkaitan antara perilaku seseorang dengan strukutur tubuhnya. Menurutnya faktor biologis dan genetis yang mempengaruhi perkembangan suatu individu bisa diindentifikasi melalui pengkuran struktur tubuh. Sehingga Sheldon melakukan pengkuran struktur tubuh melalui foto – foto yang telah distandarisasi olehnya guna mengetahui perilaku dan watak seseorang. Dalam metode untuk mengukur struktur tubuh, Sheldon menggunakan beberapa teknik yaitu somatotipe, morphogenotipe dan phenotipe. Somatotipe adalah teknik untuk menentukan morphogenotipe dengan melakukan pengukuran phenotipe. Morphogenotipe sendiri merupakan pengembangan dari bentuk dan struktur suatu organisma
Sedangkan phenotipe adalah karakteristik seseorang yang tampak pada seseorang. Pengukuran morphogneotipe dilakukan dengan melakukan pengaukuran phenotipe yang bisa dilakukan dengan cara meniliti foto tampak depan dan tampak samping. Dengan cara seperti Sheldon menemukan adanya 3 komponen dalam jasmani seseorang yaitu dimensi endormorphy, mesomorphy dan ectomorphy.
Sumber:
Suryabrata, Suryadi. 2001. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Bersama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar