Laman

Jumat, 23 November 2012

Toriqot As Syadzili



2.1  Riwayat Toriqot Asy-Syadzili
Abu al-Hasan al-Syadzili adalah salah satu tokoh sufi besar Maroko, pewaris ajaran tasawuf Sunni. Tarikat Syadziliyyah dinisbatkan kepada Abu Hassan Syadzili, yang berasal dari Syadzilah Tunisia, dan dari sana pula bersama muridnya pergi ke Mesir lalu tinggal di kota Iskandariah sekitar tahun 642 H. Setelah beliau meninggal, ajaran Tariqat diteruskan oleh al-Mursi dan Ibnu Atho’llah. 
Secara genealogis, dari pihak ayah, al-Syadzili berasal dari keturunan darah biru (mulia). Rantai keturunannya dapat dipertemukan dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib ra.
Tasawuf Abu Hassan Syadzili, al-Mursi dan Ibnu Atho’illah sebagai tokoh-tokoh tariqot Syadziliyyah, mereka lebih dekat dengan tasawuf al-Ghozali yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits.
Ibnu Atho’illah dalam karyanya Latho’if al-Minan, mengungkapkan, bahwa Abu Hassan Syadzili berkata kepada murid-muridnya, “Seandainya kalian mengajukan suatu permohonan kepada Allah, sampaikanlah itu lewat Imam Abu Hamid al-Ghozali.”  Kitab Ihya’ ‘Ulumuddin, mewarisi anda ilmu, Sementara karya al-Makki, Qutb al-Qulub, mewarisi anda Cahaya.” Mengenai al-Ghozali, Abu Abbas al-Mursi ber kata, “Aku bersaksi bahwa dia adalah orang benar yang besar.”
2.2  Ajaran Pokok Tariqot Asy-Syadzili
Pokok ajaran Tariqot al-Syadziliyyah ada lima, yaitu :
1.  Ketaqwaan kepada Allah, baik diketahui atau tidak diketahui orang;
2.  Konsisten mengikuti sunnah, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan;
3.  Penghormatan terhadap makhluk, baik diketahui atau tidak diketahui orang;
4.  Ridho kepada Allah, baik kecukupan atau kekurangan;
5.  Kembali kepada Allah, baik dalam senang maupun susah.
Ibnu Atho’illah al-Syakandari yang menyusun ajaran-ajaran Tariqot al Syadziliiyah berupa pesan-pesan, do’a, biografi Abu Hassan Syadzili dan al-Mursi, aturan-aturan toriqot mereka serta prinsip-prinsipnya.
2.3  Kitab yang Jadi Sumber Ajaran Toriqot Asy-Syadzili
Di samping menerima pelajaran-pelajaran dari para gurunya, al-Syadzili juga banyak mempelajari kitab-kitab tasawuf yang dijadikan sumber pemikiran taswufnya. Di antara kitab-kitab tasawuf yang dikuasai al-Syadzili juga dikuasai  oleh muridnya, al-Mursi adalah kitab Khatam al-Auliya oleh al-Hakim al-Tarmidzi  dan kitab al-Mawaqif karya Syekh Muhammad Abd al-Jabbar al-Niffari. Selain itu, ada beberapa kitab tasawuf yang dijadikan al-Syadzili sebagai sumber ajaran-ajaran tasawufnya, termasuk kedua kitab yang telah disebutkan di atas, ketujuh kitab tersebut adalah:
a.    Khatam al-Auliya, karya al-Hakim al-Tarmidzi. Kitab ini memuat berbagai masalah, di antaranya adalah masalah kewalian dan kenabian.
b.    al-Mawaqif wa al-Mukhatabah, karya Syekh Muhammad Abd al-Jabbar. Kitab ini memuat pengertian-pengertian yang tinggi dan khusus bagi mereka yang memiliki dzauq tasawuf. Diceritakan, kitab ini adalah pemberian Tuhan ketika pengarangnya tengah berkhalwat dan sedang berdialog dengan Tuhan, dan dari dialog ini akhirnya melahirkan ajaran tasawuf.
c.    Quth al-Qulub, karya Abu Thalib al-Makky. Kitab ini ditulis menurut acuan syara dengan uraian dan pandangan sufi, sehingga syariat dan hakikat sejalan dan bersatu.
d.    Ihya Ulum al-Din, karya Imam al-Ghazali. Kitab ini merupakan pengembangan dari ketiga kitab di atas. Al-Syadzili mengatakan, bahwa kitab ini mewariskan kepada kita dengan segudang ilmu. Sedang Quth al-Qulub mewariskan cahaya yang terang-benerang.
e.   al-Syifa, karya Qadli Iyadh. Kitab ini dipakai al-Syadzili untuk mengambil berkah dan menjadi sumber syarah dengan melihat tasawuf dari sudut pandang fiqh.
f.  Risalat al-Qusyairiyah, karya Imam al-Qusyairi. Al-Syadzili mempelajarinya sebagai kitab permulaan dalam perjalanan tasawufnya.
g.   al-Muharrar al-Wajiz, karya Ibnu Athiyah. Kitab ini merupakan salah satu sisi dari pengajian dalam rangka melengkapi pengetahuan, dan disyarahi oleh al-Syadzili.
Demikian kitab-kitab yang dipelajari al-Syadzili, sehingga sangat berpengaruh pada pemikiran dan gerakan tasawufnya. Mengingat kitab-kitab tersebut adalah karya-karya ulama sufi Sunni, maka secara genealogis, tasawuf yang diajarkan dan dikembangkan al-Syadzili adalah tasawuf Sunni
2.4  Aspek Pemikiran Tasawuf Asy-Syadzili
Aspek-aspek pemikiran tasawuf al-Syadzili dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    al-Syadzili membasmi pertapaan dan melarang para pengikutnya untuk meninggalkan profesi dunia. Dalam pandangannya, pakaian, makanan dan kendaraan yang layak dalam kehidupan sederhana, bisa menumbuhkan rasa syukur, mengenal nikmat Ilahi dan tidak berlebih-lebihan meninggalkan dunia. Meninggalkan dunia secara berlebihan akan menghilangkan arti syukur atas nikmat; dan sebaliknya, memanfaatkan dunia secara lebih akan membawa kepada kedzaliman. Manusia harus memanfaatkan semua nikmat yang diberikan Allah dengan sederhana dan sebaik-baiknya, sesuai dengan bimbingan Allah dan rasul-Nya (Mansur, 1996: 204).
2.  Sebagaimana al-Ghazali, al-Syadzili adalah tipe seorang sufi yang tidak mengabaikan syariat. berkali-kali ia menegaskan bahwa seorang yang ingin memperdalam ilmu tasawuf, maka ia terlebih dahulu harus memperdalam ilmu syariat (Mansur, 1996: 204). Penegasan ini dijadikan salah satu aturan dalam Toriqot Syadziliyah. Yang dimaksud dengan tasawuf di sini ialah latihan-latihan jiwa dalam rangka beribadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan-ketentuan Ilahi. Dengan pengertian tersebut, tasawuf mengandung empat aspek penting yang terdiri dari: a) berakhlak dengan akhlak Allah; b) senantiasa melaksanakan perintah-perintah Allah; c) menguasai hawa nafsu dan selalu malu kepada Allah; dan d) berketetapan dan berkekalan dengan Allah secara sungguh-sungguh (al-Sabbagh, 1993: 107).
3.   Bagi al-Syadzili, jalan yang harus menjadi pegangan seorang sufi menuju Tuhan, ada empat hal. Apabila seorang sufi dapat menjalani (menyelesaikan) keempat hal tersebut, berarti ia telah mengetahui tasawuf dengan benar dalam pengetahuan yang hakiki (shiddiqin, muhaqqin). Namun apabila ia hanya menjalani tiga hal, ia termasuk seorang wali Tuhan. Sedangkan bila ia hanya menyelesaikan dua hal, ia termasuk seorang syahid. Akan tetapi, bila ia hanya sanggup menjalankan satu hal, ia dikategorikan sebagai orang yang melayani Tuhan dengan penuh keikhlasan. Keempat hal tersebut ialah: a) dzikir. Fondasinya adalah perbuatan-perbuatan yang benar, buahnya (hasilnya) adalah illuminasi; b) meditasi (tafakkur). Landasannya adalah ketekunan, buahnya adalah pengetahuan; c) kefakiran. Landasannya adalah rasa syukur, buahnya adalah meningkatkan rasa syukur; dan d) cinta (hubb). Pangkatnya adalah tidak mencintai dunia dan isinya, buahnya adalah persatuan dengan penuh rasa cinta (al-Sabbagh, 1993: 109).
4.   Menurut al-Syadzili, ada beberapa cara untuk memperoleh argumentasi (dalil), dengan melihat tingkatan-tingkatannya. Dalil dapat diperoleh melalui akal (intellect), ini dimiliki oleh para ulama; dalil dapat juga diperoleh melalui anugerah Ilahiyah (karamah), ini dimiliki oleh orang-orang suci (para wali); dan dalil juga dapat diperoleh melalui jiwa yang dalam (sirr), ini dimiliki oleh para Nabi dan orang-orang yang sangat ikhlas (shiddiqun).
5.  Berkaiatan dengan marifat (mystical knowledge), al-Syadzili sependapat dengan para filosof, bahwa marifat datang dari Tuhan dengan melalui dua cara: a) dengan melalui sumber kemurahan (ain al-jud), dengan merujuk kepada orang-orang yang diberi anugerah Ilahiyah (karamah) oleh Tuhan. Dengan karamah Tuhan, seseorang akan mencapai ketaatan kepada Tuhan; dan b) dengan cara mengerahkan usaha, seseorang akan mendapatkan karamah.
6.  al-Syadzili juga menjelaskan istilah-istilah kunci dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, seperti keyakinan, hakikat, marifat, dan lain-lain. Menurutnya, yang disebut keyakinan (yaqin), adalah sesuatu yang meliputi pengertian tentang realitas-realitas Ilahiyah (haqaiq) tanpa ragu dan tanpa adanya sesuatu penghalang (hijab). Marifat adalah penyingkapan tentang pengetahuan yang terselubung, ketika tirainya terbuka, tentu kita dapat memanggilnya. Seseorang yang telah mengakses (memasuki) hakikat, ia digambarkan bahwa dirinya laksana dalam keterpesonaan. Sedang orang yang telah mencapai marifat, ia diangkat (maslub) dari dalam dirinya sendiri. Ilmu tasawuf, menurut al-Syadzili, adalah kumpulan khazanah yang berharga; illuminasi ialah pengetahuan spiritual yang mendalam (bashair); pengetahuan mistik (tasawuf) adalah ayunan Ilahiyah (sia); keesaan (tauhid) ialah ketulusan hati (shidq); hikmah adalah pengajaran (talim); dan cahaya (nur) adalah penjelasan.
7.  Berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan, ia membaginya kepada pengetahuan yang diperoleh melalui pemeberian/pelimpahan Ilahiyah (mawahib) dan pengetahuan yang diperoleh melalui usaha (makasib). Sedang makasib dapat diperoleh melalui pengajaran (talim) dan juga dapat diperoleh melalui perenungan (nazhar).
8.  Berkaitan dengan uzlah (mengasingkan diri dari keramaian), al-Syadzili berpendapat, bahwa apabila kita berhasrat untuk mencapai kesatuan (wushul) dengan Tuhan, kita harus meminta pertolongan kepada Allah, duduk di atas permadani ketulusan (shidq), meditasi (tafakkur), dan mengingat-Nya dengan ingatan yang benar, serta mengikatkan hati kepada ibadah, agar dapat menghasilkan marifat. Kemudian langgengkan rasa syukur, perhatian atau konsentrasi penuh (muraqabah), dan taubat untuk memohon ampunan Tuhan. Dzikir (mengingat Tuhan) dengan cara apapun akan mewariskan atau menimbulkan muraqabah dengan taqwa, ketika berhenti atau menghindarkan diri dari perbuatan dosa, akan mendapatkan beberapa kebaikan dari diri kita.
9.  Bagi al-Syadzili, duduk di atas permadani keikhlasan, merupakan suatu realitas dari sifat-sifat kefakiran, kelemahan (kekurangan), ketidakmampuan, dan kerendahan hati manusia yang wujudnya adalah pengabdian (ubudiyah) kepada Tuhan sambil memperhatikan sifat-sifat kecukupan, kekuasaan, keperkasaan dan keagungan yang hanya dimiliki Tuhan semata.
Tarikat Syadziliyyah mempunyai pengaruh besar dalam dunia Islam, dan tersebar ke berbagai kawasan,  seperti ke Andalusia, dengan tokohnya Ibnu Abbad al-Runda.



Lings, Martin. Syekh Ahmad Alawy, A Sfi Saint of the Twentieth Century. London: George Allen and Unwin Ltd., 1971.
Trimingham, J. Spencer. The Sufi Orders in Islam. London: Oxford University Press, 1979
Ibn al-Sabbagh. The Mystical Teaching of al-Syadzili, Durrat al-Asrar wa Tuhfat al-Abrar. Terj. Elmer H. Douglas. New York: State University of New York Press.
Mansur, H.M. Laily. Ajaran dan Teladan Para Sufi. Jakarta: Srigunting, 1996.
 

Rabu, 31 Oktober 2012

Freudianisme

Kepribadian Menurut Freudianisme

Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudian ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan.

Struktur Kepribadian kehidupan jiwa memiliki tga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).

Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan Id, Ego, dan the Super Ego), yang masing-masing mempunyai asal, aspek, fungsi, prinsip operasi sendiri.

a. Das Es ( Id )

Das Es yang dalam bahasa Inggris disebut Id adalah aspek kepribadian yang dimiliki individu sejak lahir. Ini merupakan merupakan faktor pembawaan. Das Es merupakan aspek biologis dari kepribadian yang isinya merupakan dorongan-dorongan untuk mempertahankan konstansi atau keseimbangan. Misalnya rasa lapar dan haus muncul jika tubuh membutuhkan makanan dan minuman. Dengan munculnya rasa lapar dan haus individu berusaha mempertahankan keseimbangan hidupnya dengan berusaha memperoleh makanan dan minuman.

Menurut Freud, Das Es berfungsi berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), munculnya dorongan-dorongan yang merupakan manifestasi Das Es, adalah dalam rangka membawa individu ke dalam keadaan seimbang. Jika ini terpenuhi maka rasa puas atau senang akan diperoleh.

b. Das Ich ( Ego )

Das Ich yang dalam bahasa Inggris disebut Ego merupakan aspek kepribadian yang diperoleh sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Freud, Das Ich merupakan aspek psikologis dari kepribadian yang fungsinya mengarahkan individu pada realitas atas dasar prinsip realitas (reality principle). Misal ketika individu lapar secara realistis hanya dapat diatasi dengan makan. Dalam hal ini das Ich mempertimbangkan bagaimana cara memperoleh makanan. Dan jika kemudian terdapat makanan, apakah makanan tersebut layak untuk dimakan atau tidak. Dengan demikian das Ich dalam berfungsinya melibatkan proses kejiwaan yang tidak simple dan untuk itu Freud menyebut perlengkapan untuk berfungsinya das Ich dengan proses sekunder.

c. Das Ueber Ich

Das Ueber Ich atau Super Ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, yang isinya berupa nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya normatif. Menurut Freud das Ueber Ich terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari figur-figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu. Aspek kepribadian ini memiliki fungsi:

1) sebagai pengendali das Es agar dorongan-dorongan das Es disalurkan dalam bentuk aktivitas yang dapoat diterima masyarakat;
2) mengarahkan das Ich pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral;
3) mendorong individu kepada kesempurnaan.

Rabu, 29 Agustus 2012

psikologi sosial


Psikologi sosial adalah cabang ilmu psikologi yang meneliti tentang pengaruh sosial terhadap perilaku manusia. Banyak orang memanfaatkan prinsip-prinsip psikologi sosial ketika mereka mencoba untuk mengendalikan kelompok, mempengaruhi pendapat seseorang, atau menjelaskan mengapa seseorang berperilaku dengan cara tertentu.
Akar psikologi sosial diletakkan di akhir 1800-an, ketika psikologi sebagai suatu disiplin ilmu yang berkembang di Eropa. Salah satu pengaruh utamanya adalah Kurt Lewin, yang disebut “bapak” psikologi sosial oleh beberapa orang, antara lain psikolog sosial terkenal termasuk Zimbardo, Asch, Milgram, Festinger, Ross, dan Mischel.

Pengertian Psikologi Sosial
Seorang psikolog sosial melihat pada sikap, keyakinan, dan perilaku baik individu maupun kelompok. Bidang ini juga dikaji interaksi interpersonal, menganalisis cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, baik secara tunggal atau dalam bentuk kelompok besar. Psikolog sosial juga membahas pengaruh budaya seperti iklan, buku perilaku, film, televisi, dan radio, melihat cara ini dampak pengaruh di mana manusia.
Seperti banyak ilmuwan, psikolog sosial seperti menggunakan metode empiris untuk melakukan penelitian di bidang mereka. Metode ini sering melibatkan eksperimen yang dapat membawa isu-isu etis yang kompleks. Salah satu percobaan paling terkenal psikologi sosial adalah Stanford Penjara Percobaan, yang akhirnya ditutup karena keluar kendali. Psikolog Sosial mengandalkan upaya komite etika dan panel review untuk memastikan bahwa pekerjaan mereka secara etis diijinkan, dengan harapan menghindari pengulangan percobaan dipertanyakan.

Sumber :  http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi-sosial/

Rabu, 01 Agustus 2012

Teori Desakan Murray

TEORI DESAKAN MURRAY

Menurut Murray, kebutuhan-kebutuhan manusia berdiri sendiri-sendiri, terpisah satu dari yang lain. Untuk mengetahui apa yang memotivasi diri manusia, kita harus mengukur kekuatan semua kebutuhannya yang penting, dan bukan hanya sekedar menentukan tingkat yang telah dicapainya dalam suatu hierarki atau jenjang kebutuhan.


Teori motivasi kebutuhan Henry A.Murray (1983) yang dinamakan teori kebutuhan manifestasi atau teori desakan kebutuhan, rumusan awalnya dibuat oleh Murray pada tahun 1930-an dan tahun 1940-an. Oleh Murray, setiap orang dianggap memiliki jenis kebutuhan yang berbeda yang memengaruhi perilaku. Masing-masing kebutuhan terdiri atas dua komponen (Ross, 1994) :


1. Komponen kualitatif atau arah yang mencakup sasaran yang dibidik kebutuhan

2. Komponen kuantitatif atau energy yang terdiri atas kekuatan atau identitas kebutuhan menuju sasarannya

Dalam teori ini, kebutuhan dipandang sebagai kekuatan motivasi utama bagi orang dari sisi arah dan intensitas.

Murray yakin bahwa kebutuhan lebih banyak diperoleh dari luar, bukan sesuatu yang diwarisi, dan diaktifkan (dimanifestasikan) oleh isyarat dari lingkungan luar. Jika kebutuhan tidak terpenuhi, kebutuhan tersebut disebut bersifat laten dan tidak diaktifkan.

Rabu, 18 Juli 2012

Pengertian Psikologi Faal

Psikologi Faal berasal dari kata psikologi dan faal, psikologi adalah Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan faal adalah Ilmu yang mempelajari tentang fungsi dan kerja alat-alat dalam tubuh. Jadi Psikologi Faal adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan fungsi dan kerja alat-alat dalam tubuh.

Dalam mempelajari perilaku manusia dikenal 3 fungsi utama yang mempengaruhi perilaku individu :
1. Fungsi kognisi (pikiran)
2. fungsi afeksi (emosi), dan
3. Fungsi konasi (kemauan/kehendak).
Dalam Psikologi Faal, titik berat perhatian meninjau kondisi faali atau kondisi biologis yang mempengaruhi fungsi-fungsi perilaku tersebut.

Jumat, 13 Juli 2012

mobilitas sosial

Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial adalah perubahan, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya.
Contohnya, seorang anak peternak ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Ia membuat peternakan yang berbeda  dengan ayahnya. Namun, ia gagal dan jatuh miskin. Proses keberhasilan ataupun kegagalan setiap orang dalam melakukan gerak sosial seperti inilah yang disebut mobilitas sosial.

Definisi
Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial meliputi hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan individu dengan kelompoknya.
Di era modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Karena dengan mobilitas sosial seseorang bisa mencapai keinginan yang sesuai dengannya, misalnya keinginan untuk bekerja sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimiliki. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda, mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, mereka akan terjerat dalam status nenek moyang mereka. Tentunya mereka hidup dalam kelas sosial tertutup.

Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya pada masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.

 Cara melakukan mobilitas sosial
Ada bebrapa cara orang untuk melakukan mobilitas sosial, adalah sebagai berikut :
*) Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, tetapi meningkatkan standar hidup yang lebih tinggi.
Contoh : Seorang OB, karena prestasinya menonjol diberikan kenaikan pangkat menjadi Sekretaris Pribadi, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak bisa dikatakan naik apabila ia tetap pada pola hidup saat seperti seorang OB.
*) Perkawinan
Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui perkawinan.
Contoh : Seseorang pembantu kemudian menikah dengan majikannya. Perkawinan ini dapat menaikan status si pembantu tersebut.
*) Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari  yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merenovasi tempat tinggalnya  menjadi lebih mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
 *) Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dengan cara  mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi daripada kelas yang lainnya. Selain tingkah laku, juga pakaian, ucapan, dan sebagainya. 
Contoh : Untuk meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah asing supaya ia dianggap sebagai orang golongan atas.
*) Perubahan nama
Sebuah nama dapat diidentifikasi pada posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
Contoh : Di negara Inggris seorang yang dapat memberikan apresiasi lebih terhadap kemajuan negara akan mendapat gelar "Sir", ini menimbulkan posisi sosial yang lebih daripada orang lainnya. Orang yang telah mendapat gelar ini ialah pelatih legendaris Manchester United, Sir Alex Ferguson.

Faktor yang menghambat mobilitas sosial
*) Faktor kemiskinan
Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial yang lebih tinggi  merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Kemiskinan menjadi salah satu faktor penghambat individu untuk melakukan mobilitas sosial.
*) Faktor diskriminasi kelas
Sistem kelas tertutup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti dengan adanya pembatasan keanggotaan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan.
*) Faktor agama
Dalam sistem kelas tertutup tidak memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal ke atas, dalam agama tidak dibenarkan seseorang dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai keinginannya.
*) Faktor gender
Di dalam masyarakat pria dipandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung mempunyai mobilitas yang lebih tinggi daripada wanita.
*) Perbedaan kepentingan
Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam suatu organisasi menyebabkan individu saling bersaing untuk memperebutkan jabatan. Perbedaan kepentingan inilah yang akan menghambat proses mobilisasi.

Selasa, 10 Juli 2012

Hierarki Kebutuhan Maslow

Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi lima tingkatan yang sering disebut "hierarki kebutuhan" yang digambarkan dengan piramida. Dalam piramida tersebut meliputi :

1. Kebutuhan Fisiologis
Yaitu kebutuhan manusia yang paling dasar yang berhubungan dengan fisik, misalnya makan, minum, tidur, seks, dsb. Jika kebutuhan dasar ini terpenuhi, maka manusia akan termotivasi lebih mudah mencapai kebutuhan selanjutnya.

2. Kebutuhan Rasa Aman
Rasa aman di bagi menjadi 2 yakni kebutuhan rasa aman akan batin dan kebutuhan rasa aman terhadap harta.

3. Cinta
Kebutuhan akan rasa cinta sudah termasuk dalam tahap kebutuhan secara psikologis, dimana setiap orang pasti membutuhkannya baik dari pasangan, keluarga, lingkungan sekitar, hingga dicintai oleh rekan kerja, dsb.


4. Penghargaan
Ketika ketiga tahapan tersebut sudah dilampaui, maka manusia akan butuh yang namanya penghargaan. Penghargaan atas apa yang dilakukannya, prestasinya, dsb. Minimal dia diakui keberadaannya oleh prang yang ada di sekitarnya.

5. Aktualisasi Diri
Ketika semua tahapan telah di lalui dengan baik, maka tahap terakhir atau puncak adalah tahap aktualisasi diri. Dimana setiap orang butuh dapat mewujudkan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya.


Dari sini dapat kita pahami bahwa adanya kebutuhan akan membuat manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Dan adanya hierarki kebutuhan yang dirumuskan oleh Abraham Maslow mempermudah kita untuk memilah kebutuhan diri kita dan memotivasi kita untuk mencapai pemenuhan kebutuhan selanjutnya.