Laman

Rabu, 19 Juni 2013

Schizophrenia

BAB I
PENDAHULUAN
                                                                                           
1.1      Latar Belakang
Di dalam otak terdapat miliaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan selo yang lain. Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia yang di sebut neurotransmitter yang membawa pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak yang terserang Schizophrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut.
Schizophrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu. Oleh karena itu setelah mengunjungi RS Radjiman Wedyodiningrat penulis memunculkan suatu pertanyaan, apa gejala schizophrenia.

1.2      Rumusan Masalah
1.    Apa gejala atau penyebab schizophrenia?
2.    Bagaimana cara penyembuhan schizophrenia?

1.3      Tujuan
1.    Untuk mengetahui gejala atau penyebab schizophrenia
2.    Untuk mengetahui cara penyembuhan schizophrenia






BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Schizophrenia
Schizophrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku aneh/terganggu. (Sheila, 348)
Schizophrenia adalah penyakit neurologis yang memengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi dan perilaku sosialnya (Lyus, 211)
Jadi Schizophrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak yang dapat menyebabkan timbulnya pikiran, emosi, bahasa, pemikiran konkret yang terganggu.
Melihat dari realita Y yang berhasil saya interview bahwa emosi si Y rendah dan Y menunjukkan tindakan yang kekanak-kanakan, suka dipuji. Y merasa membutuhkan teman atau orang yang diajak bicara dan peduli pada Y, bukan menjauhinya.
Schizophrenia hebefrenik merupakan tipe dari penyakit yang diderita Y. Gejala yang menonjol sifatnya kekanak-kanakan tanda yang lainnya pembicaraan kacau, perilaku kacau, dan afek yang mendatar atau menumpul.
Ø  Tanda dan gejala itu antara lain:
•    Kehilangan minat pada aktivitas harian
•    Terlihat kekurangan emosi
•    Berkurangnya kemampuan untuk merencanakan atau mengerjakan aktivitas
•    Menarik diri dari aktivitas sosial
•    Kehilangan motivasi
Diantara tanda dan gejala di atas tampak pada MS.Terlihat kehilangan minat, motivasi, rendah diri atau kurang percaya diri sehingga menarik diri dari lingkungan sosialnya.







BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Schizophrenia
Schizophrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang berarti “terpisah” atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada Schizophrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom Schizophrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.
Schizophrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Schizophrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah. (Gail W.Stuart, 240)
Schizophrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku aneh/terganggu. (Sheila, 348)
Schizophrenia adalah penyakit neurologis yang memengaruhi persepsi klien,cara berpikir, bahasa, emosi dan perilaku sosialnya (Lyus, 211)
Jadi Schizophrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak yang dapat menyebabkan timbulnya pikiran, emosi, bahasa, pemikiran konkret yang terganggu.
1.   Patomekanisme
Adanya gangguan pada sistem neuro-transmitter, reseptor neuron, dan interaksi zat neuro-kimia seperti dopamin dan serotonin yang mempengaruhi alam pikir, alam perasaan, perilaku. Schizophrenia menyebabkan ketidakseimbangan kadar neurotransmitter dopamin di otak. Penelitian yang diadakan pada penderita Schizophrenia menunjukan bahwa kadar dopamin ternyata berlebihan di daerah mesolimbik yang mengatur emosi yang menyebabkan peningkatan kadar dopamine sehingga timbulnya gejala-gejala positif Schizophrenia, yaitu kumpulan gejala yang berlebihan dibandingkan orang normal seperti waham dan halusinasi.
Saat ini dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan penelitian mengenai otak dan struktur-strukturnya, diketahui bahwa selain dopamin, beberapa neurotransmiter lain ikut berperanan dalam gejala-gejala yang muncul pada Schizophrenia, di antaranya serotonin, norepinephrine, dan GABA. (Lyus, 76)
2.  Tipe Schizophrenia
1.    Tipe Paranoid, gejala yang paling muncul waham kejar, bermusuhan, curiga, cemburu. Tanda yang lainnya yaitu:
a.    Preokupusi dengan satu/lebih waham atau halusinasi dengar yang menonjol.
b.    Tidak ada gejala berikut ini yang menonjol : bicara terdisorganisasi, perilaku katatonik, afek yang datar atau tidak sesuai.
2.    Schizophrenia hebefrenik
Gejala yang menonjol sifatnya kekanak-kanakan tanda yang lainnya pembicaraan kacau, perilaku kacau, dan afek yang mendatar atau menumpul.
3.    Schizophrenia katatonik, ditandai dengan sekurangnya dua gejala berikut :
a.    Ketiadaan gerak, pergerakan berlebihan tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulus eksternal.
b.    Sikap melawan berlebihan untuk bergerak ketika diberikan perintah atau postur kaku yang dipertahankan dan tidak bisa digerakan oleh orang lain, postur tubuh yang dipertahankan aneh, ekolalia atau ekopraksia.
4.    Schizophrenia tak terinci, yaitu Schizophrenia yang memenuhi kriteria diagnostik Schizophrenia namun tidak memenuhi kriteria diagnostik subtipe paranoid, hebefrenik, ataupun katatonik.
5.    Schizophrenia residual, ditandai dengan :
a.    hilangnya waham
b.    halusinasi
c.    pembicaraan kacau
d.    Perilaku kacau atau katatonik yang menonjol. Namun ditemukan bahwa gangguan tetap berlangsung yang diindikasikan dengan munculnya gejala negatif.

3.  Gejala – Gejala Schizophrenia
Terdapat beberapa jenis schizophrenia,  jadi tanda-tanda dan gejala sangat bervariasi. Secara umum, gejala-gejala schizophrenia termasuk :
a.  Percaya bukan pada kenyataan (delusi), seperti percaya bahwa ada konspirasi melawan penderita.
b.  Melihat atau mendengar hal-hal yang tidak eksis (halusinasi), khususnya suara-suara.
c.   Berbicara tidak logis.
d.  Mengabaikan kebersihan pribadi.
e.   Kurang emosi.
f.    Emosi kurang tepat dengan situasi.
g.  Kemarahan yang meledak tiba-tiba.
h.  Perilaku katatonik.
i.    Perasaan persisten sedang diamati.
j.     Fungsi bermasalah di sekolah dan tempat kerja.
k.   Isolasi sosial.
l.    Pergerakan yang kikuk, kurang koordinasi
Derajat schizophrenia bervariasi mulai kisaran ringan hingga berat. Sejumlah orang mungkin dapat berfungsi baik dalam kehidupan sehari-hari, sementara lainnya membutuhkan perlakuan khusus. Pada sejumlah kasus, gejala-gejaja schizophrenia tiba-tiba terlihat muncul. Lain waktu, gejala-gejala schizophrenia berkembang secara bertahap bulan demi bulan, dan mungkin tak dikenali pada awalnya.
Seiring perjalanan waktu, penderita menjadi sulit berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Penderita mungkin tidak dapat bekerja atau sekolah. Mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan,  khususnya karena kesulitan membaca emosi atau petunjuk social dari orang lain. Penderita kemungkinan juga kehilangan minat pada aktivitas yang semula disukai. Merasa teragitasi, tertekan atau tenggelam dalam kondisi seperti trance (kesurupan). Menjadi tidak responsif terhadap orang lain.
Sebagai tambahan terhadap gejala-gejala schizophrenia, gejala kerap dikategorikan dalam tiga cara untuk membantu diagnosis dan terapi :
1.      Tanda dan gejala negatif
Sejumlah tanda dan gejala negatif mewakili hilangnya atau penurunan emosi atau kemampuan perilaku. Tanda dan gejala itu antara lain:
•    Kehilangan minat pada aktivitas harian
•    Terlihat kekurangan emosi
•    Berkurangnya kemampuan untuk merencanakan atau mengerjakan aktivitas
•    Melalaikan kebersihan
•    Menarik diri dari aktivitas sosial
•    Kehilangan motivasi
2.      Tanda dan gejala positif
Sejumlah tanda dan gejala positif mengenai pemikiran dan persepsi yang tidak biasa kerap terlibat dalam sebuah kehilangan kontak dengan realitas. Gejala-gejala ini mungkin datang dan pergi. Termasuk di antaranya:
·      Halusinasi atau merasakan hal yang tidak nyata.Pada schizophrenia, mendengar suara-suara merupakan halusinasi yang umum. Suara-suara ini mungkin terlihat seperti memberikan perintah bagaimana bertindak, dan kadang-kadang termasuk bertindak membahayakan orang lain.
·       Delusi, atau percaya tanpa ada dasarnya di dunia nyata. Misalnya penderita percaya bahwa televisi mempengaruhi perilaku atau ada kekuatan di luar yang mengendalikan pemikiran seseorang.
·       Gangguan pemikiran atau kesulitan mengatur pemikiran dan pembicaraan, seperti salah mengartikan kalimat.
·      Gangguan pergerakan, seperti pengulangan gerakan, kikuk atau pergerakan tanpa sadar.
3.    Tanda dan gejala kognitif
Gejala-gejala kognitif melibatkan masalah memori dan perhatian. Gejala-gejala ini mungkin yang paling mengganggu pada schizophrenia sebab mempengaruhi kemampuan penderita untuk melakukan tugas sehari-hari. Yang mencakup hal ini antara lain:
·       Masalah memahami informasi.
·       Kesulitan memberikan perhatian.
·       Masalah ingatan.

·           Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor stimuli yang sering menimbulkan episode baru suatu penyakit.Pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif :
·           Kesehatan
·           Gizi buruk
·           Kurang tidur
·           Irama sirkadian tidak seimbang
·           Keletihan
·           Infeksi
·           Obat sistem saraf pusat
·           Kurang olah raga
·           Hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan
·           Lingkungan
·           Rasa bermusuhan/lingkungan yang penuh kritik
·           Masalah perumahan ( perumahan yang tidak memuaskan)
·           Tekanan dalam bertindak ( kehilangan kemandirian dalam kehidupan )
·           Perubahan dalam kejadian kehidupan dan pola aktifitas sehari-hari
·           Kesukaran interpersonal
·           Gangguan dalam hubungan interpersonal
·           Isolasi sosial dan dukungan sosial yang kurang
·           Tekanan pekerjaan ( keterampilan bekerja yang kurang)
·           Kemiskinan
·           Kurang transportasi
·           Stigmatisasi
·           Sikap/perilaku
·           “Sungguh malangnya saya” (konsep diri rendah)
·           “Tidak ada harapan lagi”(kurang rasa percaya diri)
·           “Saya gagal” (kehilangan motivasi untuk menggunakan keterampilan)
·           “Saya tidak memiliki kendali” (demoralisasi)
·           “Tidak ada seorangpun yang menyukai saya” (tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual)
·           Perasaan dikuasai oleh gejala
·           Keterampilan sosial kurang
·           Perilaku agresif
·           Perilaku kekerasan (Lyus, 60 ; Gail W.Stuart, 247-250)

Di bawah ini akan dibahas mengenai pasien yang berhasil diinterview :
IDENTITAS
Nama                                     : Y
Umur                                      : 44 tahun
Alamat                                    : Kenjeran, Surabaya
Tempat Pemeriksaan          : RSJ Radjiman Wedyodiningrat
Tanggal Assesmen             : 27 Mei 2013
Nama Pemeriksa                 : Ahmad Jauhar Sad

PERMINTAAN REFERAL
§  Pengirim menginginkan agar klien atau pasien diperiksa atau didiagnosa.
§  Agar diketahui sejauh mana penyakit jiwa yang diderita dan proses penyembuhan.
§  Pengirim adalah Ahmad Jauhar Sad.

SEJARAH SOSIAL/KELUARGA DAN KONTEKS YANG BERJALAN
Dari hasil wawancara secara santai, pemeriksa mendapatkan informasi mengenai pekerjaan sebagai wiraswasta. Secara keseluruhan dari latar belakang keluarga Y merupakan keluarga yang harmonis. Y memiliki 1 istri. Entah kenapa sekarang Y menjadi menderita penyakit jiwa yang cukup mencengangkan.

OBSERVASI PERILAKU
Subjek atau si pasien tidak pernah mengonsumsi obat-obatan yang mengakibatkan sel otak sarafnya terganggu bahkan tidak seimbang. Y terlihat kurang percaya diri, terlihat saat saya melakukan interview. Y bisa diajak secara kooperatif, namun ketika saya menatap matanya, tatapan mata Y seperti kosong. Y tidak menunjukkan perilaku penolakan ketika diinterview bahkan Y merasa antusias, di mana Y mempunyai teman yang bisa diajak bicara. Dari hasil percakapan atau interview antara saya dan Y, Y merasa kurang nyaman dipindah di tempat barunya, karena orang-orang atau teman-teman yang ada di dekatnya banyak yang suka merokok. Y merasa menemukan kehidupan baru ketika ada orang disekitarnya yang peduli, mau mendengarkan apa yang Y rasakan. Y merasa bahwa keadaannya baik- baik saja, bahkan Y sering dijenguk keluarga dan Y merasa ada banyak teman bila di RSJ dan di sisi lain Y juga ingin pulang dan selalu berdoa pada bunda maria agar cepat diberi kesembuhan.

PENGADMINISTRASIAN TES
o   Pertama, pasien dibujuk oleh petugas agar mau dirawat.
o   Kedua, Petugas memeriksa pasien apakah membawa senjata tajam atau benda berharga.
o   Ketiga, petugas menyerahkan semua benda bawaan pasien kepada pihak keluarga.
o   Petugas atau perawat memeriksa keadaan fisik pasien dan mencatatnya.
o   Petugas atau perawat segera melaporkan kepada dokter jaga atau dokter ruangan.
o   Dokter ruangan tau dokter jaga melengkapi pemeriksaan danpencatatan mengenai pasien.
o    Dokter melakukan tindakan pengobatan.
o   Perawat mengambil obat di apotek.
o   Dokter atau perawat mencatat tindakan distatus pasien dan menandatangani.

HASIL TES
Dari berbagai hasil atau serangkaian tes, pemeriksaan pasien menderita schizophrenia. Oleh karena itu paien membutuhkan perawatan ekstra untuk proses penyembuhan. Pasien harus menjalani serangakaian dan anjuran pengobatan secra medis atau menggunakan obat untuk mengurangi tindakan yang tidak bisa dikontrol oleh perawat.

SIMPULAN
Dari hasil tes, pemeriksaan oleh perawat mwupun dokter, Y atau pasien menderita schizophrenia. Y dianjurkan untuk dirawat di RSJ untuk kelangsungan kesembuhannya dan pengontrolan tidakan yang sekiranya merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Treatmen yang dilakukan dari pihak RSJ adlah melalui medis atau pengobatan menggunakan obat-obatan.

RANGKUMAN
Pasien tergolong menderita schizophrenia hebefrenik. Gejala yang menonjol sifatnya kekanak-kanakan tanda yang lainnya pembicaraan kacau, perilaku kacau, dan afek yang mendatar atau menumpul.


















BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
·      Schizophrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku aneh/terganggu. (Sheila, 348) dan juga bisa diartikan Schizophrenia adalah penyakit neurologis yang memengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi dan perilaku sosialnya (Lyus, 211).
·      Terdapat beberapa jenis schizophrenia, jadi tanda-tanda dan gejala sangat bervariasi. Secara umum, gejala-gejala schizophrenia termasuk : Percaya bukan pada kenyataan (delusi), seperti percaya bahwa ada konspirasi melawan penderita, Melihat atau mendengar hal-hal yang tidak eksis (halusinasi), khususnya suara-suara, Berbicara tidak logis,  Mengabaikan kebersihan pribadi,  Kurang emosi,  Emosi kurang tepat dengan situasi, Kemarahan yang meledak tiba-tiba, Perilaku katatonik,  Perasaan persisten sedang diamati,  Fungsi bermasalah di sekolah dan tempat kerja,  isolasi sosial,  Pergerakan yang kikuk, kurang koordinasi.

·         Dari hasil interview pada pasien yang berinisial Y, 44 tahun, si pasien menderita schizophrenia. Pasien bisa diajak kooperatif, namun jika ditatap matanya atau koontak langsung, terlihat si pasien tatapannya kosong.