Laman

Jumat, 06 Juli 2012

Prosesi Baritan


BAB III

HASIL PENELITIAN

 

3.1  Daerah penelitian

Observasi ini penulis lakukan di Kabupaten Blitar Kecamatan Srengat Desa Dermojayan yang mempunyai tradisi unik yaitu melakukan tradisi baritan untuk  mendapatkan keselamatan dan terhindar dari bencana. Waktu observasi penulis lakukan mulai tanggal 1-2 Mei 2012. Pada tanggal 1 Mei melakukan wawancara dengan subyek 1, sedangkan tanggal 2 Mei wawancara dengan subyek 2. 

3.2  Tradisi Baritan

Baritan ialah kegiatan perayaan yang dilakukan seluruh warga di perempatan utama suatu kampung. Perayaan ini dilakukan dengan membawa takir sejumlah anggota keluarga. Takir tersebut berisi nasi kuning yang berisikan sayur dan lauk pauk. Sayur yang biasa digunakan ialah berbagai macam kulupan. Yang tidak boleh ketinggalan dalam nasi kuning tersebut adalah sambel goring dan telur goring. Nasi kuning disini melambangkan kesehatan, karena nasi kuning dibuat dari kunyit, menurut para sesepuh itu merupakan jamu paling mujarab. Sambel goring melambangkan kebersamaan karena dalam sambel goring tersebut banyak campuran mulai dari kentang, tempe, tahu dan lain-lain. Sedangkan telur melambangkan kerja keras, karena pada zaman dahulu untuk mendapatkan telur sangat susah sehingga dibutuhkan usaha lebih untuk mendapatkannya. (wawancara subjek I)
Baritan rutin dilaksanakan pada bulan suro pada malam jumat legi. Baritan bertujuan untuk mendapatkan keselamatan bagi seluruh warga kampong tersebut dan juga kelancaran panen para warga Desa Dermojayan yang mayoritas petani. Baritan dilaksanakan pada perempatan utama setiap kampong, untuk memanggil para warga agar berkumpul yaitu dengan kentongan. Kentongan merupakan alat komunikasi utama zaman dahulu, banyak fungsi yang didapat dari kentongan yaitu untuk mengumpulkan warga, untuk memberi tanda ada maling, memberi tanda ada orang meninggal dunia, membangunkan orang sahur, memberi tahu waktu solat dan masih banyak lagi. Akan tetapi seiring dengan semakin canggihnya alat komunikasi kentongan sudah mulai tersisihkan. Maka dari itu dengan adanya budaya seperti ini, setidaknya kentongan masih bisa kita kenalkan pada anak cucu kita bahwa kentongan pada zaman dahulu adalah alat komunikasi yang canggih dan digunakan oleh masyarakat secara umum. (wawancara dengan subjek I)
3.3  Proses terjadinya baritan
Proses terjadinya baritan karena adanya berbagai macam bencana pada zaman dahulu, untuk itu warga kampong mengadakan slametan. Tapi zaman dahulu belum ada surau/musholla untuk mengadakan slametan, maka dari itu slametan diadakan di jalan dan di beri nama baritan. Asal mula pemberian nama baritan ialah dari kata “bubar ngerit” yang dalam bahasa Indonesia artinya selesai panen. Baritan disini mengandung arti selesai melakukan panen kita mengadakan slametan agar hasil panen mendatang tetap bagus dan mendapatkan keselamatan. (wawancara dengan subjek I)
Baritan dilakukan warga kampong per RT, jadi hanya lingkup kecil saja. Per RT melakukan baritan pada perempatan jalan utama kampong tersebut. Setelah kentongan dibunyikan, para warga lekas datang ke perempatan membawa nasi kuning beserta lauk pauk sejumlah anggota keluarganya. Baritan dilaksanakan setalah warga melakukan solad Isya. Setelah semua berkumpul, nasi ditaruh di tengah sedangkan para warga duduk melingkar mengelilingi nasi tersebut. Kyai kemudian melakukan doa untuk keselamatan warga kampong dan acara selanjutnya ialah makan-makan. Peraturannya ialah warga tidak boleh memakan makanan yang dibawanya sendiri, harus memakan makanan yang dibawa oleh tetangganya. Ini dimaksudkan bahwa tidak ada pembedaan kelas diantara masyarakat kampong tersebut.  (wawancara dengan subjek II)
3.4  Siapa yang menjalankan tradisi baritan
Baritan dilaksanakan oleh seluruh warga kampong yang ada pada RT tersebut, tidak ada batasan umur untuk warga yang boleh ikut baritan. Mulai dari anak bayi sampai orang tua boleh ambil bagian dalam baritan. Bagi orang lain yang sedang di kampong tersebut juga boleh ikut, semisal ada saudara yang sedang tinggal di rumah kita dan tepat ada acara baritan, maka diperbolehkan mengikuti acara baritan. (wawancara dengan subjek II)
3.5  Tanggapan masayarakat mengenai tradisi baritan
Masyarakat sangat antusias akan adanya tradisi baritan, karena selain untuk mendoakan keselamatan juga untuk menyambung tali silaturahmi. Mungkin dalam kesehariannya ada yang sibuk dengan urusan kerja, dengan adanya baritan ini mereka bisa saling bertemu dan mengobrol basa-basi. Disini juga melebur antara warga kaya ataupun miskin, mereka duduk bersama, makan makanan yang sama, bercanda bersama. (wawancara dengan subjek II)
Selain itu, baritan juga diadakan rutin setahun sekali, maka dari itu banyak warga yang tidak mau melewatkan momen bersejarah ini. Bahkan ada yang sengaja sejenak meniggalkan kesibukannya hanya untuk demi tradisi baritan.  Terutama para pekerja kantoran yang biasanya lembur sampai malam, pada malam baritan ini mereka sengaja ijin untuk meninggalkan pekerjaannya. Tetapi itu tidak semuanya yang melakukan, karena sebagian besar warga kampung bermata pencaharian sebagai petani. (wawancara dengan subjek II)
Kesimpulannya tanggapan masyarakat dengan adanya tradisi baritan ini ialah sangat antusias, karena berbagai faktor diatas yang menyebabkan tradisi baritan selalu berkesan dan terus berkembang hingga saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar