BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1 Daerah penelitian
Observasi ini penulis lakukan di
Kabupaten Blitar Kecamatan Srengat Desa Dermojayan yang mempunyai tradisi unik
yaitu melakukan tradisi baritan untuk
mendapatkan keselamatan dan terhindar dari bencana. Waktu observasi
penulis lakukan mulai tanggal 1-2 Mei 2012. Pada tanggal 1 Mei melakukan
wawancara dengan subyek 1, sedangkan tanggal 2 Mei wawancara dengan subyek
2.
3.2 Tradisi Baritan
Baritan ialah kegiatan perayaan yang dilakukan seluruh warga di
perempatan utama suatu kampung. Perayaan ini dilakukan dengan membawa takir
sejumlah anggota keluarga. Takir tersebut berisi nasi kuning yang berisikan
sayur dan lauk pauk. Sayur yang biasa digunakan ialah berbagai macam kulupan.
Yang tidak boleh ketinggalan dalam nasi kuning tersebut adalah sambel goring
dan telur goring. Nasi kuning disini melambangkan kesehatan, karena nasi kuning
dibuat dari kunyit, menurut para sesepuh itu merupakan jamu paling mujarab.
Sambel goring melambangkan kebersamaan karena dalam sambel goring tersebut
banyak campuran mulai dari kentang, tempe, tahu dan lain-lain. Sedangkan telur
melambangkan kerja keras, karena pada zaman dahulu untuk mendapatkan telur sangat
susah sehingga dibutuhkan usaha lebih untuk mendapatkannya. (wawancara subjek
I)
Baritan rutin dilaksanakan pada bulan suro pada malam jumat legi. Baritan
bertujuan untuk mendapatkan keselamatan bagi seluruh warga kampong tersebut dan
juga kelancaran panen para warga Desa Dermojayan yang mayoritas petani. Baritan
dilaksanakan pada perempatan utama setiap kampong, untuk memanggil para warga
agar berkumpul yaitu dengan kentongan. Kentongan merupakan alat komunikasi
utama zaman dahulu, banyak fungsi yang didapat dari kentongan yaitu untuk
mengumpulkan warga, untuk memberi tanda ada maling, memberi tanda ada orang
meninggal dunia, membangunkan orang sahur, memberi tahu waktu solat dan masih
banyak lagi. Akan tetapi seiring dengan semakin canggihnya alat komunikasi
kentongan sudah mulai tersisihkan. Maka dari itu dengan adanya budaya seperti
ini, setidaknya kentongan masih bisa kita kenalkan pada anak cucu kita bahwa
kentongan pada zaman dahulu adalah alat komunikasi yang canggih dan digunakan
oleh masyarakat secara umum. (wawancara dengan subjek I)
3.3 Proses terjadinya baritan
Proses terjadinya
baritan karena adanya berbagai macam bencana pada zaman dahulu, untuk itu warga
kampong mengadakan slametan. Tapi zaman dahulu belum ada surau/musholla untuk
mengadakan slametan, maka dari itu slametan diadakan di jalan dan di beri nama
baritan. Asal mula pemberian nama baritan ialah dari kata “bubar ngerit” yang
dalam bahasa Indonesia artinya selesai panen. Baritan disini mengandung arti
selesai melakukan panen kita mengadakan slametan agar hasil panen mendatang
tetap bagus dan mendapatkan keselamatan. (wawancara dengan subjek I)
Baritan dilakukan warga
kampong per RT, jadi hanya lingkup kecil saja. Per RT melakukan baritan pada
perempatan jalan utama kampong tersebut. Setelah kentongan dibunyikan, para
warga lekas datang ke perempatan membawa nasi kuning beserta lauk pauk sejumlah
anggota keluarganya. Baritan dilaksanakan setalah warga melakukan solad Isya.
Setelah semua berkumpul, nasi ditaruh di tengah sedangkan para warga duduk
melingkar mengelilingi nasi tersebut. Kyai kemudian melakukan doa untuk
keselamatan warga kampong dan acara selanjutnya ialah makan-makan. Peraturannya
ialah warga tidak boleh memakan makanan yang dibawanya sendiri, harus memakan
makanan yang dibawa oleh tetangganya. Ini dimaksudkan bahwa tidak ada pembedaan
kelas diantara masyarakat kampong tersebut.
(wawancara dengan subjek II)
3.4 Siapa yang
menjalankan tradisi baritan
Baritan dilaksanakan oleh
seluruh warga kampong yang ada pada RT tersebut, tidak ada batasan umur untuk
warga yang boleh ikut baritan. Mulai dari anak bayi sampai orang tua boleh
ambil bagian dalam baritan. Bagi orang lain yang sedang di kampong tersebut
juga boleh ikut, semisal ada saudara yang sedang tinggal di rumah kita dan
tepat ada acara baritan, maka diperbolehkan mengikuti acara baritan. (wawancara
dengan subjek II)
3.5 Tanggapan masayarakat mengenai tradisi baritan
Masyarakat
sangat antusias akan adanya tradisi baritan, karena selain untuk mendoakan
keselamatan juga untuk menyambung tali silaturahmi. Mungkin dalam kesehariannya
ada yang sibuk dengan urusan kerja, dengan adanya baritan ini mereka bisa
saling bertemu dan mengobrol basa-basi. Disini juga melebur antara warga kaya
ataupun miskin, mereka duduk bersama, makan makanan yang sama, bercanda
bersama. (wawancara dengan subjek II)
Selain
itu, baritan juga diadakan rutin setahun sekali, maka dari itu banyak warga
yang tidak mau melewatkan momen bersejarah ini. Bahkan ada yang sengaja sejenak
meniggalkan kesibukannya hanya untuk demi tradisi baritan. Terutama para pekerja kantoran yang biasanya
lembur sampai malam, pada malam baritan ini mereka sengaja ijin untuk
meninggalkan pekerjaannya. Tetapi itu tidak semuanya yang melakukan, karena
sebagian besar warga kampung bermata pencaharian sebagai petani. (wawancara
dengan subjek II)
Kesimpulannya
tanggapan masyarakat dengan adanya tradisi baritan ini ialah sangat antusias,
karena berbagai faktor diatas yang menyebabkan tradisi baritan selalu berkesan
dan terus berkembang hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar